Tujuh ‘Tidak’ Dalam Kamus Disiplin Positif
Disiplin Positif tidak pernah mempermalukan, menyalahkan, atau menyakiti. Disiplin positif bertujuan untuk memperbaiki perilaku. Disiplin positif tidak hanya mencegah perilaku buruk, tapi juga mengajarkan ekspektasi dan akuntabilitas pada anak. Disiplin positif membantu anak-anak melihat bahwa ada hubungan antara apa yang mereka lakukan dan apa yang terjadi selanjutnya — konsekuensi alami dan logis.
7 ‘Tidak’ di dalam Disiplin Positif:
- Tidak menghukum
- Tidak permisif (serba membolehkan)
- Tidak memakai rewards/imbalan/suapan
- Tidak memuji berlebihan
- Tidak memanjakan
- Tidak memakai hukuman time-out
- Tidak mengambil hak istimewa anak sebagai hukuman atau konsekuensi
- Tidak menghukum
Hukuman bertujuan untuk menghentikan perilaku. Hukuman adalah bentuk disiplin negatif. Ini sering digunakan untuk menhentikan perilaku seketika. Ketika anak-anak membuat anda marah atau tidak mematuhi aturan, anda mungkin dengan cepat memberi mereka konsekuensi yang akan membuat mereka tidak senang untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Ini mungkin adalah respons ketika anda merasa frustrasi atau marah. Tapi hukuman tidak mungkin mengubah perilaku anak-anak dalam jangka panjang.
- Tidak permisif (serba membolehkan)
Mengasuh secara positif bukanlah mengasuh secara permisif! Dalam hal pola asuh permisif, orang tua tidak menetapkan aturan atau pedoman bagi anak-anak mereka. Mereka tidak mengatur waktu untuk bermain, belajar dan tidur, dan sebaliknya, anak-anak bebas menentukannya sendiri. Permisif mengajarkan anak-anak, “Saya adalah pusat dari dunia, dan cinta berarti membuat orang lain menjagaku dan memberi apapun yang saya inginkan.”
- Tidak memakai rewards/imbalan/suapan
Apakah rewards? Rewards adalah sesuatu yang diberikan sebagai pengakuan atas layanan, usaha, atau pencapaian seseorang, atau apapun yang diberikan untuk mendorong perilaku yang baik. Contoh dari rewards adalah stickers, mainan, uang, snacks, dan lain-lain. Ada risiko terhadap penghargaan, karena penghargaan tidak membantu anak mengembangkan motivasi internal, kemandirian, atau tanggung jawab. Dengan memberi rewards, seringkali perilaku positif anak akan meningkat. Namun, kemudian muncul pertanyaan…apakah kita harus tetap memberikan mereka rewards seumur hidup sehingga mereka tetap berperilaku seperti yang kita inginkan? Kapan pun kita mencoba mengurangi rewards, apakah perilaku positif juga akan mulai berkurang? Rewards membuat anak memegang semua kendali. Ketika kita memberi rewards kepada anak-anak atas perilaku mereka, mereka dengan cepat menyadari bahwa mereka memegang semua kartu. Dengan cepat menjadi jelas bagi mereka bahwa kita sangat peduli dengan perilaku mereka dan jika kita ingin mereka berperilaku seperti apa yang kita inginkan kita harus membayar.
- Tidak memuji belebihan
Pujian bertindak sebagai motivator ekstrinsik. Jika motivasi anak-anak bersifat ekstrinsik, mereka melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu atau menghindari hukuman. Contohnya, tentang perbedaan antara melakukan latihan gitar karena anda suka bermain gitar (motivasi intrinsik) dan berlatih gitar karena anda ingin mendengar pujian dan mendapatkan hadiah yang dijanjikan (motivasi ekstrinsik). Motivasi ekstrinsik yang berlebihan cenderung merusak motivasi intrinsik. Semakin banyak orang tua memuji, semakin banyak anak belajar untuk bergantung pada pujian itu.
Menurut Dr. Carol Dweck, anak-anak yang mengandalkan pujian mengambil risiko lebih kecil, karena mereka tidak mau kehilangan status terpuji mereka. Ketika anak-anak mencari pujian, mereka cenderung menghindari apa pun yang menurut mereka tidak “benar”. Sebaliknya, kesalahan, mencoba, dan mengambil risiko adalah elemen penting dari setiap proses pembelajaran. Pujian mengajarkan anak-anak untuk menjadi “pecandu pujian”. Mereka belajar bergantung pada orang lain untuk mengevaluasi diri mereka. Dorongan mengarah pada refleksi diri dan evaluasi diri. Pujian mengajarkan ketergantungan pada orang lain, sedangkan dorongan membantu anak membangun kepercayaan diri.
- Tidak memanjakan
Mari kita definisikan apa yang dimaksud dengan “Tidak Memanjakan” dalam disiplin positif. Disini kita TIDAK berbicara tentang cinta, kasih sayang dan koneksi. Disini maksud dari memanjakan adalah melakukan hal-hal untuk anak-anak kita yang sebenarnya mampu mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Memanjakan menciptakan kelemahan karena anak-anak mengembangkan keyakinan bahwa orang lain harus melakukan segalanya untuk mereka. Salah satu hal terbesar yang dapat anda lakukan untuk anak anda adalah membantu mereka mengembangkan keyakinan, “Saya mampu.” Anak-anak merasa mampu ketika mereka belajar bahwa mereka dapat bertahan dari pasang surut kehidupan.
- Tidak memakai hukuman time-out
Hukuman time-out adalah sesuatu yang dipaksakan pada seorang anak dan mungkin anak tersebut harus pergi ke tempat yang tidak diinginkan atau dikeluarkan dari suatu kegiatan sehingga dia dapat merenungkan perilaku buruknya. Hukuman time-out sering dialami oleh anak-anak sebagai hal yang tidak menyenangkan, tidak adil, memalukan, dan membosankan. Hukuman time-out dan hukuman-hukuman yan lain menjunjung tinggi gagasan bahwa agar anak-anak menjadi lebih baik, pertama-tama, kita harus membuat mereka merasa lebih buruk. Faktanya adalah bahwa anak-anak menjadi lebih baik ketika mereka merasa lebih baik. Bagaimana kita tahu itu? Karena semua orang merasakan itu dan begitulah cara otak kita terhubung untuk bekerja!
Semua perilaku adalah komunikasi, dan anak-anak yang berperilaku buruk pada dasarnya adalah anak-anak yang putus asa dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang salah. Ketika orang tua menggunakan hukuman time-out dalam upaya untuk mengelola perilaku buruk dan mengajarkan konsekuensi dari kesalahan, keamanan emosional anak-anak akan terpengaruh.
Jika kita ingin anak-anak mempunyai hubungan yang positif, memperoleh keterampilan sosial dan mempelajari nilai rasa hormat dan kerja sama, kita bisa menggunakan positif time-out. Apa yang membuat positif time-out berbeda dengan hukuman time-out? dan mengapa positif time-out lebih efektif dalam membantu anak-anak merasa dan berbuat lebih baik? Positif time-out sebenarnya tidak jauh berbeda dengan time-out yang dilakukan atlet saat berolahraga. Ketika seorang atlet merasa lelah atau putus asa di lapangan, mereka memiliki pilihan untuk beristirahat, makan, minum, bersosialisasi, dan mengumpulkan kembali pikiran, dan emosi mereka. Setelah mendapatkan positif time-out, mereka merasa lebih baik, dan ketika mereka kembali bermain, mereka tampil lebih baik. Dalam hal ini, tujuan dari postif time-out adalah untuk menawarkan kepada anak-anak yang putus asa atau lelah suatu kegiatan atau pengaturan diri yang darinya mereka akan memperoleh dorongan dan memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang tepat. Sebagai orang tua, anda dapat mengambil waktu positif time-out anda sendiri dan dengan melakukan hal ini anda memberikan contoh pengaturan diri bagi anak-anak anda.
- Tidak mengambil hak istimewa anak sebagai hukuman atau konsekuensi
Mengambil hak istimewa sering kali memperburuk situasi! Misalnya, anda menemukan anak anda menggambar di dinding dengan krayon dan konsekuensi yang anda berikan adalah memberitahu anak anda bahwa mereka tidak akan pernah bisa menggunakan krayon lagi atau mengambil mainan favorit anak. Memberitahu anak bahwa mereka tidak akan pernah bisa menggunakan krayon lagi adalah konsekuensi yang tidak masuk akal, karena anda tidak dapat mencegah anak anda dari setiap menggunakan krayon lagi jika faktanya bahwa mereka perlu menggunakannya waktu mereka di sekolah. Sedangkan mengambil mainan favorit anak juga konsekeunsi yang tidak wajar, karena konsekuensi ini tidak ada hubungannya dengan perilaku buruk mereka menggambar di dinding.
Jika anak anda belum pernah menggambar atau mewarnai di dinding sebelumnya dan anda tidak pernah berpikir untuk memberi tahu mereka untuk tidak menggambar atau mewarnai di dinding. Anda dapat mengatakan, “Krayon digunakan untuk menggambar/mewarnai di atas kertas dan di buku mewarnai. Kita tidak menggunakannya untuk menggambar atau mewarnai di dinding. Mama/papa tahu kalau kamu tidak mengetahui hal ini, tetapi sekarang setelah kamu mengetahuinya, Mama/papa harap kamu tidak mewarnai dinding lagi. Jika kamu memilih untuk menggambar atau mewarnai di dinding lagi, berarti kamu memilih untuk tidak menggunakan krayonmu lagi untuk hari ini .” Ketika seorang anak mengulangi perilaku yang tidak dapat diterima, penting bahwa konsekuensinya masuk akal dan sesuai dengan tindakannya. Mengambil krayon anak untuk sisa hari itu adalah konsekuensi yang wajar dan terkait dengan perilaku buruk mereka. Ini memperkuat bahwa jika mereka mewarnai dinding, mereka akan kehilangan krayon mereka untuk waktu yang wajar.
Hal ini memungkinkan orang tua untuk menjelaskan mengapa perilaku anak itu salah, menetapkan harapan bahwa mereka tidak akan mengulangi perilaku tersebut dan menjelaskan bahwa jika mereka mengulangi perilaku tersebut, mereka akan menghadapi konsekuensi. Ini juga memperkenalkan konsep pilihan kepada anak. Metode ini menghapus hukuman dengan mengatakan, “Saya tidak menghukum kamu, tetapi kamu memilih untuk bertindak dengan cara ini dan kamu juga telah memilih konsekuensi untuk tindakan itu.”
Anak-anak terus belajar, dan bagian dari pembelajaran adalah belajar dari kesalahan kita, dan belajar bahwa pilihan kita memiliki konsekuensi. Menggunakan disiplin positif daripada hukuman memungkinkan orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka pelajaran berharga yang dapat mereka gunakan saat mereka tumbuh dewasa.