Home,  Montessori Filosofi

Absorbent Mind

Absorbent Mind disebut Maria Montessori sebagai kemampuan anak untuk menyerap semua informasi melalui lingkungan dan pengalaman mereka. Segala sesuatu yang berasal dari lingkungan diterima, diproses, dan disimpan dalam sel-sel otak dengan mudah atau tanpa effort. Kemampuan ini dimulai dari saat lahir dan berlangsung sampai usia sekitar enam tahun

Kita sebagai orang dewasa sering berpikir bahwa bayi itu tidak berdaya, tidak mampu belajar, dan hanya menangis sebagai cara untuk berkomunikasi. Tetapi kita tahu bahwa selama dua tahun pertama, bayi yang baru lahir dapat mengangkat dan menopang kepala mereka, duduk, berguling, merangkak, berjalan, berlari, dan menyerap bahasa tanpa pengajaran dan usaha langsung. Inilah yang disebut Dr. Montessori sebagai ‘Absorbent Mind’.

“The child has a mind able to absorb knowledge.  He has the power to teach himself.” – Maria Montessori, The Absorbent Mind, p. 5

“It may be said that we acquire knowledge by using our minds; but the child absorbs knowledge directly into his psychic life. Simply by continuing to live, the child learns to speak his native tongue. A kind of mental chemistry goes on within him…Impressions do not merely enter his mind; they form it. They incarnate themselves in him. The child creates his own ‘mental muscles,’ using for this what he finds in the world about him. We have named this type of mentality, The Absorbent Mind.” — Maria Montessori, The Absorbent Mind, p. 5, p. 26

Menurut Dr Montessori, Absorbent Mind dapat dibagi menjadi dua tahap:

1. Tahap Tidak Sadar/Unconsciuos Stage  (0-3) 

2. Tahap Sadar/Conscious Stage (3-6).

1. Tahap Tidak Sadar/Unconsciuos Stage (dari usia 0-3 tahun)

  • Selama tahap ini, anak -anak di usia ini menyerap informasi secara tidak sadar. Mereka belajar duduk, berdiri, berjalan, berbicara tanpa menyadarinya. 
  • Mereka melihat segala sesuatu tanpa mendiskriminasi atau memilih. 
  • Selama periode ini, mereka cenderung meniru apa yang dilihatnya. 
  • Kekuatan bawah sadar tidak memiliki maksud atau tujuan tertentu, misalnya bayi yang berbaring telentang, dia sedang memperkuat otot dan tulang punggungnya, tetapi dia tidak menyadari tujuannya. Dia bertindak hanya dengan hukum alam. 
  • Selama periode ini, mereka juga memperoleh bahasa dari lingkungan. 
  • Mereka mengasimilasi tradisi-tradisi di sekitarnya yang kemudian menjadi bagian dari dirinya.

2. Tahap Sadar/Conscious Stage (3-6).

  • Dari usia tiga hingga kira-kira enam tahun, anak-anak memasuki tahap perkembangan sadar. Mereka masih memiliki pikiran seperti spons yang menyerap informasi dengan mudah, tetapi sekarang mereka secara sadar akan mencari pengalaman tertentu. 
  • Anak-anak dalam fase ini akan mengembangkan kemampuan mereka yang baru. Mereka cenderung mempelajari hal-hal seperti pengurutan/sequencing, matematika, musik, huruf, yang semuanya pada akhirnya mengarah pada keterampilan matematika, membaca, dan menulis. 
  • Mereka juga akan terus menyempurnakan kontrol gerakan, keseimbangan, dan mekanisme fisik dasar selama fase ini. 
  • Anak-anak dalam tahap perkembangan sadar akan menunjukkan keinginan (dan sering kali intens) untuk membuat pilihan bagi diri mereka sendiri dan untuk menyelesaikan tugas secara mandiri. Maria Montessori menyebut ini sebagai tahap ‘bantu saya melakukannya sendiri’.

“His intelligence no longer develops merely by existing; it needs a world of things which provide him with motives for activity, for in this formative period there are further psychological developments which have to take place.” Montessori, Maria, The Absorbent Mind, page 153

Pikiran anak seperti spons yang menyerap segala sesuatu di lingkungannya.

Dr. Montessori menggunakan dua analogi untuk menggambarkan pikiran anak sejak lahir hingga usia enam tahun. Dalam analogi pertama, dia menggunakan spons untuk menggambarkan pikiran anak. Pikiran anak seperti spons yang menyerap segala sesuatu di lingkungannya. Jika anda memasukkan spons ke dalam mangkuk berisi air, apa yang akan terjadi pada spons? Spons itu akan menyerap air, dan jika anda memasukkan spons ke dalam air kotor, spons menyerap air kotor. Jika anda memasukkan spons ke dalam air bersih, spons menyerap air bersih. Akibatnya, anak menjadi apa yang dia serap di lingkungannya. Inilah sebabnya mengapa kita perlu memberi anak lingkungan yang mendukung untuk perkembangan anak, mencontohkan perilaku yang sesuai, dan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Pikiran anak bersifat objektif, seperti kamera, menangkap segala sesuatu, termasuk setiap detail yang tidak kita sadari

Dalam analogi kedua, Dr. Montessori menggunakan kamera (zaman sebelum kamera digital) untuk membandingkan pikiran anak-anak dan pikiran orang dewasa. Pikiran anak bersifat objektif, seperti kamera, menangkap segala sesuatu, termasuk setiap detail yang tidak kita sadari (perilaku dan bahasa yang baik atau buruk). Untuk melihat hasil gambarnya, kita harus bersabar menunggu sampai filmnya berkembang dan hasil gambarnya keluar. Sebaliknya, pikiran orang dewasa lebih subjektif, seperti lukisan. Seorang seniman dapat memilih, atau mengubah detail tertentu dari lukisan yang dia lukis, tetapi seniman tidak mampu menempatkan setiap detail kecil dilukisannya seperti apa yang dapat dilakukan oleh kamera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *